5. SISTEM TRIPUSAT PENDIDIKAN
Yang dimaksud dengan Tripusat Pendidikan adalah tiga lingkungan pendidikan , yaitu keluarga sebagai lingkungan pertama, sekolah/perguruan sebagai lingkungan kedua, dan masyarakat sebagai lingkungan ketiga. Sistem Tripusat adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang meng¬harmoniskan tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah/perguruan, dan lingkungan masyarakat.
Di Tamansiswa, di samping Tripusat diartikan sebagai keharmonisan antar tiga lingkungan pendidikan dalam penyelenggaraan, juga dalam isi pendidikan. Melalui bentuk perguruan, isi pendidikan sekolah/perguruan yang berupa pendidikan formal diharmoniskan dengan pendidikan keluarga yang bersifat informal dan pendidikan masyarakat yang bersifat pendidikan nonformal.
Dengan kata lain bahwa pendidikan di perguruan merupakan perpaduan dari pendidikan informal, pendidikan iormal, dan pendidikan nonformal. Ketiganya disebut pendidikan dalam arti luas.
Pendidikan keluarga yang berupa pendidikan informal dilaksanakan dalam bentuk nasehat, ceritera, dongeng, dan keteladanan hidup.
Pendidikan itu berupa pendidikan pertama dan utama. Dikatakan pendidikan pertama karena pendidikan keluarga dimulai sejak anak masih dalam kandungan, yang disebut pen-didikan pre natal. Dikatakan pendidikan utama karena melalui nasehat, ceritera, dongeng, dan keteladanan itu keluarga mendidik disiplin, keseimbangan hak dan kewajiban asasi, pendidikan agama, pendidikan budi pekerti luhur, pendidikan keterampilan, ketekunan, ketertiban, etika dan estetika/keindahan, can sikap laku yang positif. Pendidikan keluarga tidak memerlukan kurikulum khusus, tidak perlu jenjang, dan tidak perlu terikat serta waktu khusus.
Pendidikan formal dilakukan di sekolah dari jenjang Taman Kanak- kanak (TK) sampai dengan Perguruan Tinggi, baik yang bersifat umum, keagamaan, kedinasan, maupun kejuruan. Pendidikan formal memerlukan tempat, waktu, jenjang, dan kurikulum khusus.
Pendidikan nonformal dilakukan di masyarakat, berupa kursus, ceramah/dakwah, seminar, simposium. Sarasehan, workshop, dan sejenisnya. Pendidikan itu memerlukan tempat, waktu, dan kurikulum khusus, tetapi tidak memerlukan jenjang tersendiri. Pendidikan nonformal berisi penerapan dari pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah yang diterapkan dalam kecakapan hidup (life skill).
Pendidikan di perguruan berupa gabungan antar pendidikan informal (keluarga), pendidikan formal (sekolah), dan pendidikan nonformal (masyarakat). Ketiganya dirangkai secara harmonis dalam kehidupan perguruan. Diberikan kepada siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas secara proposional.
Bagi perguruan yang dilengkapi dengan pondok asrama, keharmonisan pendidikan informal, formal dan nonformal akan lebih menonjol. Dengan siswa dan Pamong bersama-sama tinggal dalam satu kelompok, maka pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan di masyarakat secara sekaligus dapat dilaksanakan.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, sistem Tripusat pendidikan diterapkan dengan istilah :
a. Pendidikan dilaksanakan dalam tiga jalur yaitu pendidikan formal dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK) sampai tingkat Perguruan Tinggi , pendidikan informal dalam keluarga, dan pendidikan nonformal berupa kursus, ceramah, seminar, simposium, sarasehan, dan sejenisnya di masyarakat.
b. Pendidikan yang berbasis masyarakat.
c. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat, yaitu dari sejak dalam kandungan sampai ke liang lahat.
d. Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara : orang tua, masyarakat, dan pemerintah.
6. METODE AMONG
Istilah Among adalah bahasa Jawa yang artinya asuh. Momong = mengasuh, dan Pamong = Pengasuh. Metode Among adalah metode mendidik yang berjiwa kekeluargaan dan bersendi kemerdekaan dengan kodrat alam. Berjiwa kekeluargaan yang dimaksud adalah metode Among dilaksanakan dengan dasar kasih sayang sesama, saling menghormati dan menghargai adanya perbedaan, tolong menolong dan gotong royong, demokratis, dan membangun kesatuan persatuan.
Bersendi kemerdekaan dan kodrat alam yang dimaksud bahwa metode Among memberikan kebebasan/kemerdekaan berkembangnya peserta didik sesuai kodratnya, yaitu sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial.
Metode Among diciptakan Ki Hajar Dewantara pada tahun 1922 sebagai pengganti metoda kolonial: “perintahan – paksaan – hukuman”
Metode Among disebut juga metode Tutwuri Handayani, karena pelaksanaannya dengan cara Tutwuri Handayani. Tutwuri artinya memerdekakan dan membebaskan peserta didik untuk mengembangkan kreativitas. Handayani artinya mengekang dengan perintah, paksaan, dan hukuman. Tutwuri Handayani artinya demokratis, yaitu membebaskan peserta didik berkreativitas dengan tetap memberi kekuatan agar tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya. Melalui metode Among peserta didik ditempatkan sebagai obyek sekaligus sebagai subyek. Artinya, melalui metode Among peserta didik dan Pamong sama-sama aktif.
Ada beberapa metode mengajar yang termasuk dalam metode Among. Diantaranya adalah:
• metode tanya jawab
• metode diskusi
• metode tugas metode
• karya wisata metode simulasi
• metode penelitian
• metode ceramah bervariasi
Melalui metode Among diharapkan peserta didik mampu menyerap bahan ajaran secara optimal, dengan mengembangkan kreativitas dan berpikir serta bertindak positif.
0 Komentar