Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ketamansiswaan : Latar Belakang Berdirinya Tamansiswa (KBM 04092020)

 

BAB 2

LATAR BELAKANG BERDIRINYA TAMANSISWA

 

1.       1.  Kekejaman Penjajah di Bumi Nusantara

Sebelum ada penjajahan, bangsa Indonesia yang tinggal di kawasan Nusantara pernah hidup di jaman kejayaan. Kerajaan-kerajaan seperti Sriwijaya dan Majapahit pernah menjadi pusat perdagangan antara Afrika (Madagaskar) dan Asia (Cina). Pemerintahannya kuat, wilayahnya luas, negaranya kaya dan penduduknya hidup tertib damai, sejahtera dan bahagia.



Hadirnya Vasco da Gama dan kawan-kawan untuk mencari rempah-rempah (1595) merupakan awal penjajahan ekonomi di Indonesia. Didirikannya VOC (1602-1799) yang memonopoli perdagangan dan melakukan tanam paksa, tidak hanya menjajah ekonomi, tetapi sudah melanggar kemanusiaan. Begitu juga berkuasanya pemerintah Hindia Belanda (1800-1942) merupakan penjajahan total yang meliputi penjajahan ideology, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan serta keamanan. Akibat penjajahan yang panjang itu bangsa Indonesia yang tinggal di kawasan Nusantara menjadi bodoh, miskin dan tertindas. Bodoh karena sebagian besar rakyat tidak diberi kesempatan untuk belajar baik secara formal maupun non formal. Pendidikan yang ada hanya disediakan bagi anak-anak Eropa dan anak-anak orang Indonesia yang menjadi pegawai Belanda. Miskin karena semua kekayaan Indonesia digunakan untuk kepentingan penjajah. Dan tertindas karena rakyat Indonesia di tempatkan sebagai kuli dan budak, yang sama sekali tidak diberikan hak-haj asasi kemanusiaannya.



Menghadapi situasi yan demikian bangsa Indonesia tidak henti-hentinya melakukan perlawanan baik secara perorangan ataupun kelompok. Perang Aceh, Perang Paderi, Perang Diponegoro, Perang Ubud, Perang Banjar, dan lain-lain telah dilakukan, akan tetapi selalu kalah.



Pergerakan kebangsaan seperti Boedi Oetomo, Indische Partij, Sarekat DagangIslam, Partai Nasional Indonesia, Partai Komunis Indonesia (sekarang tidak diperbolehkan) dan lain-lain juga belum dapat membuahkan kemerdekaan. Di kalangan pendidikan berdiri Perguruan Muhammadiyah (1912), Perguruan Tamansiswa (1922) dan kemudian sekolah-sekolah swasta lainnya, serta beberapa pesantren. Dari kalangan perempuan menyelenggarakan kongres perempuan (1928) dan dari kalangan pemuda menyelenggarakan Sumpah Pemuda (1928). Semua itu dapat digillas oleh kekejaman pemerintah penjajahan Hindia Belanda.

 

2.             2. Perjuangan Ki Hadjar Dewantara Membela Rakyat

Sejak dulu di bangku Sekolah Dasar Eropa (ELS) Ki Hadjar Dewantara kecil sudah berkeinginan untuk memberikan pendidikan bagi rakyat banyak. Hal itu disebabkan karena selama belajar di ELS sebagian besar temannya adalah anak Eropa. Hanya sebagian kecil temannya yang dari bangsa Indonesia, yaitu anak-anak keluarga bangsawan. Sementara itu bila beliau pulang sekolah, beliau melihat begitu banyak rakyat yang tidak pernah mendapat kesempatan untuk bersekolah. Lain dari pada itu Ki Hadjar Dewantara kecil juga merasakan bahwa apa yang diajarkan di ELS tidak pernah menyentuh pendidikan seperti yang dilakukan di rumah, seperti mengaji, menari, membaca sastra Jawa, dongeng dan cerita Indonesia. Apa yang diberikan di ELS melulu kebiasaan orang Eropa.



Setelah tamat dari ELS, Ki Hadjar Dewantara tiddak melanjutkan ke SMP (MULO) tetapi ke Sekolah Guru (Kweek School). Sekolah itu berikatan dinas dan sebagian besar siswanya adalah anak-anak pegawai pemerintah Hindia Belanda. Tamatan sekolah itu diperuntukkan menjadi Guru Sekolah Dasar bangsa Indonesia. Ki Hadjar Dewantara memasuki sekolah itu dengan maksud ingin mendidik rakyat banyak sambil hidup mandiri.



Namun kehendak orang tua harus melanjutkan ke Perguruan Tinggi, maka setelah tamat di Kweek School, Ki Hadjar Dewantara melanjutkan ke Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta (STOVIA). Di samping kuliah beliau juga berjuang membela rakyat. Beliau masuk anggota Boedi Oetomo dengan tugasbagian propaganda. Begitu juga setelah keluar dari STOVIA beliau melanjutkan perjuangannya di bidang politik dan pers sampai beliau siasingkan ke Negeri Belanda.



Pada waktu beliau diasingkan ke Nederland selama 6 tahun, di sana beliau kembali teringat akan niatnya untuk memberikan pendidikan untuk rakyat banyak. Di Nederland Ki hadjar Dewantara mengambil akta mengajar (pendidikan guru tingkat tinggi). Pada waktu mendirikan Perguruan Tamansiswa beliau menekankan agar pendidikan itu diutamakan untuk rakyat banyak. Kalau penjajah Belanda membatasi rakyat jelata hanya dapat belajar di Hollands Javaanshe School sampai kelas II sd, maka Perguruan Tamansiswa membebaskan rakyat untuk belajar sesuai kemampuannya.

Dalam perjuangan hidupnya Ki Hadjar Dewantara memilih berjuang di kalangan pers, politik, pendidikan dan kebudayaan. Keempat-empatnya adalah wadah perjuangan untuk membela rakyat. Lebih dari itu untuk dapat merakyat pada usia 40 tahun beliau membuang gelar kebangsawanannya Raden Mas Sueardi Suryaningrat dan berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara pada 3 Februari 1928.

Materi Rekomendasi

Posting Komentar

0 Komentar