EKSPLANASI 1
KELAS XI ( 26 AGUSTUS 2020 )
BAB II
MEMPELAJARI
TEKS EKSPLANASI
![]() |
Image by Marisa Sias from Pixabay |
3.3 Mengidentifikasi
informasi (pengetahuan dan urutan kejadian) dalam teks ekplanasi lisan dan
tulis
4.3 Mengkonstruksi
informasi (pengetahuan dan urutan kejadian) dalam teks eksplanasi secara lisan
dan tulis
3.4 Menganalisis
struktur dan kebahasaan teks eksplanasi
4.4 Memproduksi teks
eksplanasi secara lisan atau tulis dengan memerhatikan struktur dan kebahasaan
Mengidentifikasi Informasi dalam Teks Eksplanasi
Ind
1. Memahami informasi berupa pengetahuan dan urutan kejadian dari yang didengar
atau dibaca.
Ind
2. Menemukan gagasan umum dan fakta penting dalam teks eksplanasi.
KEGIATAN
1. . Memahami informasi berupa pengetahuan dan urutan kejadian dari yang
didengar atau dibaca.
Pengertian
Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi dapat disamakan dengan teks yang menceritakan prosedur atau proses terjadinya sesuatu. Dengan teks tersebut, pembaca dapat memperoleh pemahaman mengenai latar belakang terjadi sesuatu secara jelas dan logis. Teks eksplanasi menggunakan banyak fakta dan pernyataan-pernyataan yang memiliki hubungan sebab akibat (kausalitas). Namun, sebab-sebab ataupun akibat-akibat itu berupa sekumpulan fakta menurut penulisnya.
Fungsi Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi berfungsi untuk memperluas wawasan, pengetahuan, dan keyakinan para pembaca ataupun pendengarnya. Dengan demikian, pembaca menjadi tahu fenomena yang ada di sekitarnya atau bahkan di tingkat nasional dan luar negeri. Fenomena dimaksud berupa fenomena sosial, budaya, politik, kriminalitas, dan lainnya. Khalayak menjadi tahu dan memiliki wawasan yang lebih luas sehingga akan berpengaruh pula pada sikap dan tindakannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Perhatikan contoh teks berikut ini!
Demonstrasi Massa
Akhir-akhir ini demonstrasi kerap terjadi di hampir setiap waktu dan terjadi di berbagai tempat. Bahkan, demonstrasi sudah menjadi fenomena yang lumrah di tengah-tengah masyarakat kita. Menanggapi fenomena tersebut, seorang kepala daerah menyatakan bahwa penyebab demonstrasi dan anarkisme tidak lain adalah faktor laparnya masyarakat. Lantas ia mencontohkan rakyat Malaysia dan Brunei yang adem ayem, lantaran kesejahteraan mereka terpenuhi maka demonstrasi di negara-negara itu jarang terjadi.
Tentu saja komentar tersebut menyulut reaksi para mahasiswa. Mereka memprotes
dan meminta sang bupati mencabut kembali pernyataannya. Para mahasiswa tidak
terima dan tidak merasa memiliki motif serendah itu. Mereka berpendirian bahwa
demonstrasi yang biasa mereka lakukan murni untuk memperjuangkan kebenaran dan
melawan kemunkaran yang terjadi di hadapannya.
Persoalannya kemudian, pendapat manakah yang benar; sang bupati atau pihak
mahasiswa ataupun komponen-komponen masyarakat lainnya? Barangkali logika sang
bupati dikaitkan dengan kebiasaan bayi atau anak kecil yang memang
begitu adanya. Kalau seorang bayi merasa lapar, ia akan ngamuk: menangis dan
meronta-ronta. Namun, apabila logika sang bupati dibawa pada konteks yang lebih
luas, jelaslah tidak relevan, misalnya membandingkan dengan kondisi rakyat di
Malaysia ataupun Brunei yang adem-ayem, tidak seperti halnya rakyat
Indonesia yang gampangan.
Demonstrasi massa tidak selalu disebabkan oleh urusan perut, bahkan banyak
peristiwa yang sama sekali tidak didasari oleh motif itu. Dalam kaitannya
dengan kebutuhan manusia, Abraham Maslow membaginya ke dalam beberapa
tingkatan. Kebutuhan yang paling mendasar adalah makan dan minum. Sementara
itu, yang paling puncak adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
Namun demikian, pada umumnya demonstrasi massa justru lebih didasari oleh
kebutuhan tingkatan akhir itu. Masyarakat berdemonstrasi karena membutuhkan
pengakuan dari pemerintah ataupun pihak-pihak lain agar hak-hak dan eksistensi
mereka diakui. Oleh karena merasa dibiarkan, hak-haknya diingkari, bahkan
dinistakan, kemudian mereka berusaha untuk menunjukkan jati dirinya dengan cara
berdemonstrasi.
Banyak fakta dapat membuktikannya. Demonstrasi massa pada awalawal reformasi di
negeri ini pada tahun 1997-1998, bukan dilakukan oleh rakyat miskin
ataupun orang-orang lapar. Justru hal itu dilakukan oleh warga dari kalangan
menengah ke atas, dalam hal ini adalah mahasiswa dan golongan intelektual.
Belum lagi kalau merujuk pada kasus-kasus yang terjadi di luar negeri. Dalam
beragam sekala (besar atau kecil), demonstrasi bukan hal aneh lagi bagi
negara-negara Eropa. Demonstrasi yang mereka lakukan sudah barang tentu tidak
didorong oleh kondisi perut yang lapar karena mereka pada umumnya dalam kondisi
yang sangat makmur.
Perbandingan yang cukup kontras dengan melihat peristiwa terbaru di Kora Utara. Kondisi sosial ekonomi warga negaranya sangat jauh terbelakang. Kemiskinan menjadi pemandangan umum hampir melanda di seluruh pelosok negeri. Akan tetapi, ketika Kim Jong-Il, pimpinannya itu meninggal, tak ada upaya penggulingan kekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan politik di negerinya.
Padahal peluang untuk itu lebih terbuka. Justru yang terjadi kemudian hampir
seluruh warganya menunduk hidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat.
Juga apabila kembali melihat kondisi warga di negeri ini. Kemiskinan sangat
akrab di pinggiran kota dan di sudut-sudut desa di berbagai
pelosok. Akan tetapi, mereka jarang melakukan demonstrasi: hanya satudua
peristiwa. Justru yang jauh lebih getol melakukan hal itu adalah
warga yang tinggal pusat-pusat kota, yang secara umum mereka lebih makmur.
Dengan fakta-fakta semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab
utama untuk terjadinya gelombang demonstrasi. Akan tetapi, fenomena tersebut
lebih disebabkan oleh kemampuan berpikir kritis dari warga masyarakat. Mereka
tahu akan hak-haknya, mengerti pula bahwa di sekitarnya telah terjadi
pelanggaran dan kesewenang-wenangan. Mereka kemudian melakukan protes dan
menyampaikan sejumlah tuntutan.
Apabila faktor-faktor itu tidak ada di dalam diri mereka, apapun yang terjadi
di sekitarnya, mereka akan seperti kerbau dicocok hidung: manggutmanggut dan
berkata “ya” pada apapun tindakan dari impinannya meskipun
menyimpang, dan bahkan menzalimi mereka sendiri.
(Sumber: Kosasih).
Teks di atas terdiri atas paragraf-paragraf yang merupakan paparan tentang akibat sebab maraknya demonstrasi di tengah-tengah masyarakat. Teks itu pun dapat dikelompokkan sebagai teks eksplanasi. Dari teks semacam itu diharapkan para pembaca dapat memahami proses berlangsungnya suatu peristiwa yang bersifat kausalitas dengan sejelasjelasnya.
Dalam teks eksplanasi, penulis menggunakan banyak fakta yang fungsinya sebagai
penyebab atau akibat terjadinya suatu peristiwa. Bahkan, dapat dikatakan bahwa
teks eksplanasi hampir semuanya berupa fakta.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan kembali paragraf pertama di atas. Paragraf
tersebut dibentuk oleh empat buah kalimat yang semuanya berupa fakta.
Kalimat |
Keterangan |
1. Kondisi sosial ekonomi warga negaranya
sangat jauh terbelakang. Kemiskinan menjadi pemandangan umum hampir melanda
di seluruh |
Fakta |
2. Juga apabila kembali melihat kondisi
warga di negeri ini. Kemiskinan sangat akrab di pinggiran kota dan di
sudut-sudut desa di berbagai pelosok. Akan tetapi, mereka jarang melakukan
demonstrasi: hanya satu-dua peristiwa. Justru yang jauh lebih getol melakukan
hal itu adalah |
Fakta |
Perhatikan pula contoh lainnya di bawah ini!
Kalau memang sudah
terkena anemia, jenis-jenis asupan alamiah seperti dari makanan, sudah tak
praktis lagi. Ini disebakan, makanan berzat besi perlu dikonsumsi dalam jumlah
yang banyak dan itu tak memungkinkan. Makanya, asupan zat besi perlu
ditambahkan sampai anemianya terkoreksi.. Biasanya, mereka merasa kembali sehat
ketika sehari-dua setelah mengkonsumsi asupan zat besi. Namun, itu
menghilangkan gejalanya saja. Padahal, penyakitnya masih ada sewaktuwaktu bisa
muncul kembali. Oleh karena itu, agar anemia terkoreksi, dibutuhkan zat besi
yang cukup sebagai cadangan di dalam tubuh. Cadangan zat besi itu berguna untuk
mengganti sel darah merah yang hilang. Biasanya, asupan itu terus dikonsumsi
selama satu-tiga bulansampai anemianya terkoreksi betul.
Teks tersebut tergolong ke dalam bentuk teks eksplanasi. Di dalamnya tergambar suatu paparan proses. Teks tersebut memaparkan secara kausalitas tentang proses penyembuhan penyakit anemia. Pembacanya pun memperoleh pemahaman yang sangat jelas tentang cara-cara penyembuhan penyakit itu. Dengan contoh di atas, teks yang menjelaskan suatu proses, urutan kegiatan yang bersifat kausalitas, dapat digolongkan ke dalam teks eksplanasi.
KEGIATAN 2
Menemukan gagasan umum dan fakta penting dalam teks eksplanasi.
Perhatikanlah cuplikan teks berikut.
Dampak merebaknya penyebaran virus sindrom pernapasan akut
parah (Severe Acute Respiratory Sindrome/SARS) dari negeri Jiran, Singapura,
mulai mengancam bisnis perhotelan di Batam. Jumlah tamu, baik dari luar negeri
maupun dalam negeri merosot hingga tingkat hunian hotel di Batam berkurang
hingga sepuluh persen. Demikian kata Public Relation Manager Goodway Hotel Puri
Garden, Budi Purnomo dan kata pengusaha Novotel Hotel, Anas, ketika dihubungi
Kompas di
Batam.
Gagasan umum teks tersebut adalah tentang “dampak penyebaran
virus SARS terhadap bisnis perhotelan”. Teks tersebut menjelaskan dampak
penyebaran virus terhadap kondisi perhotelan, yakni berupa merosotnya tingkat
hunian hotel yang ada Batam. Teks itu pun tergolong ke dalam jenis eksplanasi,
yakni teks yang memaparkan proses terjadinya suatu fenomena atau kejadian
dengan sejelas-jelasnya. Di dalam teks tersebut juga terkandung sebuah gagasan
umum (ide pokok), yakni dampaknya penyebaran virus SARS. Gagasan umum tersebut
terdapat pada bagian awal paragraf. Oleh karena itu, cuplikan teks tersebut
dapat pula digolongkan ke dalam jenis paragraf deduktif.
Perhatikan pula teks berikut!
Sesudah pengakuan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949,
bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan. Sebagai akibat
ketentuan-ketentuan hasil KMB (Konferensi Meja Bundar), Indonesia harus
menanggung beban utang luar negeri dan dalam negeri. Padahal struktur ekonomi
Indonesia pada waktu itu masih tergantung kepada beberapa jenis perkebunan.
Situasi politik yang tidak stabil semakin meningkatkan pengeluaran negara.
Akibatnya, anggaran pemerintah menjadi defisit.
Teks tersebut bersifat eksplanatif. Gagasan umumnya tentang
beban keuangan pemerintah di tahun 1949 (yang begitu berat). Gagasan umum itu
terletak pada bagian awal paragraf. Dengan demikian, cuplikan tersebut pun
dapat digolongkan ke dalam paragraf deduktif.
Selain itu, mungkin pula sebuah paragraf dalam teks eksplanasi bersifat induktif ataupun campuran. Akan tetapi, yang dapat ditemukan, paragraf-paragraf di dalam teks eksplanasi pada umumnya bersifat deduktif, yakni gagasan umumnya terletak pada bagian awal paragraf.
SELAMAT BELAJAR
0 Komentar